Budhaya Ketawang

Budhaya Ketawang

Budhaya Ketawang 1200 1554 Bidang Perpustakaan

Bedhaya Ketawang – Unduh Buku Klik Di Sini

Hasrat untuk memenuhi dorongan hati yang ingin mengungkapkan
sesuatu yang sangat pelik ini saya awali dengan memanjatkan do’a dan
puji secara tradisional. Dengan segala kerendahan hati saya mohon, agar
dijauhkanlah kita semua dari segala rintangan dan kesulitan.
Dengan sepenuhnya saya sadari, bahwa memenuhi dorongan hati
dalam hai ini berarti: memberanikan diri untuk melanggar suatu garis
perbatasan khusus. Suatu perbatasan antara dunia manusiawi dan alam
mahluk halus. Suatu alam yang bagi manusia umumnya merupakan
alam yang penuh kegelapan, kesuraman, keangkeran dan bahaya.
Namun “keberanian” ini saya landasi ketulusan hati, yang ingin ikut
mengabdi pada Ibu Pertiwi, dengan jalan turut memelihara, raenyelamatkan,
mengamankan serta mengagungkan kebudayaan
bangsa, kesenian tradisional yang masih murai, lepas dari segala
pengaruh-pengaruh apa pun. Dalam hai ini khusus yang akan diuraikan
di sini ialah masalah BEDHAYA KETAWANG.
Mudah-mudahan tidak akan dianggap berkelebihan, bila saya
berpendapat, bahwa jikalau masalah ini tidak sekarang diungkapkannya,
dikhawatirkan kita akan kehilangan jejak riwayatnya kelak.
Kiranya kita semua akan menyayangkan, apabila Bedhaya Ketawang
mengalami nasib yang sama dengan CANTHANG BALUNG, yang
dewasa ini akhirnya telah turun penafsiran dan derajatnya. Kenyataan
menunjukkan, bahwa Canthang Balung yang semula berfungsi sebagai
Brahmana, kini hanya dianggap sebagai pelawak belaka. Iniiah yang
antara lain mendorong saya untuk membeberkan seluk beluk Bedhaya
Ketawang, selagi saya masih dapat dan dimungkinkan oleh-Nya untuk
melaksanakan hai ini.
Perlu dikemukakan di sini, bahwa dalam usaha mengumpulkan
bahan-bahan, saya merasa seperti halnya anak yang mengejar
layang-layang putus. Tak tentu arah larinya.