Nama Lengkap : Katamso Darmokusumo Agama : Islam Tempat Lahir : Sragen, Jawa Tengah Tanggal Lahir : Senin, 5 Februari 1923 Zodiac : Aquarius Warga Negara : Indonesia
BIOGRAFI
Brigjen Anumerta Katamso Darmokusumo adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang terbunuh dalam peristiwa G.30S/PKI, namun ia tidak mengalaminya bersama para jenderal lainnya di Jakarta, melainkan di Jogjakarta, sekalipun dalam hari dan peristiwa yang sama.
Katamso Dharmokusumo dilahirkan tanggal 5 Februari 1923 di Sragen, Surakarta Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Puro RT 02 / RW 01, Karangmalang, Sragen. Ayah Katamso bernama Ki Sasrosudarmo, yang mempunyai latar belakang sosial sebagai golongan menengah.
Pendidikan umum tertinggi ditempuh Katamso pada Mulo (Meer liigebreid Lager Onderwijs, Sekolah Menengah Pertama sekarang). la tidak sempat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sebab setelah selesai dari MULO, Jepang sudah menduduki Indonesia.
Dalam Jaman Jepang Katamso mengikuti pendidikan tentara Peta Pembela Tanah Air). Selesai pendidikan ini, lalu diangkat menjadi Budanco (komandan regu) pada Dai II Daidan (Batalyon 2) di Sala. Setahun kemudian Desember 1944 pangkat dinaikkan menjadi Syodanco (komandan peleton). Ia tetap berkedudukan di Sala.
Sesudah proklamasi kemerdekaan, beliau mengikuti TKR yang perlahan lahan berubah menjadi TNI. Selama masa agresi militer belanda, pasukan yang dipimpinnya sering bertempur untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Sesudah pengakuan Kedaulatan, beliau diserahi tugas untuk menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah.
Pada tahun 1958, terjadilah peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta waktu itu beliau menjabat sebagai Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
Pada tahun 1963, beliau menjabat sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro yang berkedudukan di Yogkakarta. Untuk menghadapi kegiatan PKI di daerah Solo, beliau aktif membina mahasiswa. Mahasiswa mahasiswa itu diberi pelatihan militer.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 di Yogyakarta, disaat terjadi upaya kudeta oleh Partai Komunis Indonesia dengan penculikan para jenderal di Jakarta, G.30 S/PKI pun berhasil menguasai RRI Jogjakarta, Markas Korem 072 dan mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi.
Pada sore harinya mereka (orang-orang dari Yon-L yang berkomplot dengan PKI ) menculik Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan Kepala Staf Korem Letnan Kolonel Sugiono tanggal 02 Oktober 1965 dini hari dan membawanya ke daerah Kentungan. Kedua perwira tersebut dipukul dengan kunci mortar dan tubuhnya dimasukan dalam sebuah lubang yang sudah disiapkan. Kedua jenazah baru ditemukan pada tanggal 21 Oktober 1965 dalam keadaan rusak, setelah dilakukan pencarian secara besar-besaran.
Dan pada tanggal 22 Oktober 1965 beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 118/Koti/Tahun 1965 tanggal 19 Oktober 1965, Kolonel Katamso ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Brigadir Jenderal Katamso yang meninggalkan seorang isteri dan tujuh orang anak ini, memiliki pula 10 tanda kehormatan sebagai penghargaan terhadap tugas yang dijalankannya. Istrinya bernama RR. Sriwulan Murni. Dari ketujuh anak itu dua di antaranya wanita, yaitu Endang Murtaningsih dan Murni Ediyanti, lima orang laki-laki adalah Putut Kusdarmanto, Teguh Murtamso, Heru Sutoko, Ery Murwanto, dan Tamso Muryanto.
PENDIDIKAN
Sekolah Menengah Pendidikan Militer: Pembela Tanah Air (PETA), Bogor
KARIR
Shodanco Peta di Solo Komandan Kompi di klaten Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV Komandan Batalyon "A" Komando Operasi 17 Agustus Kepala Staff Resimen Team Pertempuran (RTP) II Diponegoro Kepala Staff Resimen Riau Daratan Kodam III/17 Agustus Komando Pendidikan dan Latihan (Koplat) merangkap Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) di Bandung Komandan Resort Militer korem 072, Komando Daerah Militer (Kodam) VII Diponegoro di Yogyakarta.
PENGHARGAAN
Gelar Pahlawan Revolusi (SK Presiden RI No. 118/KOTI/Tahun 1965, tanggal 19 Oktober 1965)
Riset dan analisa oleh Somya Samita
Sumber: https://www.facebook.com/sragentempodoeloe